Pemberi Harapan Palsu
*Daniel POV*
“Aaakhh… sudah Ris… stop!” teriakku.
“Sabar Niel, sedikit lagi keluar!”
“Gak! Sakit, bodoh! Hentikan… aaaarghh gue gak tahan!”
Risky menjitakku dengan keras, “Siapa suruh punya jerawat hah? Gue
paling gak suka sama yang namanya J-E-R-A-W-A-T meski pun adanya di muka
lo,” kata Risky ketus sambil memencet hidungku dengan penuh nafsu *?*
ingin mengeluarkan cairan putihnya.
“Sialan banget sih lo Ris, wajah wajah gue napa lo yang sewot???”
“Karena lo makluk yang paling sering gue liat, Daniel bodoh.”
Risky pun akhirnya berhasil membuat hidungku berdarah dan mengelap
wajahku dengan tissue, aku hanya merengut karena hidungku yang
kesakitan. Tega sekali pemuda 20 tahun, kece kaya emo yang tinggal satu
kost denganku yang bernama Risky ini memencet hidungku sampai pesek
begini, dia fikir Daniel pemuda 19 tahun ini yang sangat tampan rupawan
dan cute pisan ini rela hidungnya diperkosa heh?
Kurang kerjaan
memang.. tapi ada saja rutinitas aneh yang kami lakukan bersama tiap
harinya. Semenjak lulus SMA kami hidup bersama dalam sebuah tempat kost
yang luar biasa besar dan banyak penghuninya. Pemuda pintar dan kaya
raya yang bernama Risky itu melanjutkan kuliahnya di UNLAM, ya dia
sangat beruntung bisa masuk ke universitas negri di sini, sedangkan aku
sudah bodoh, miskin pula. Jadi aku memutuskan bekerja untuk menanggung
kehidupanku, kasihan orang tuaku yang renta masih saja membiayai aku.
Meski pun status sosial kami berbeda namun kami bersahabat sejak SMP.
Dia pemuda yang murah hati yang selalu ada buatku apalagi ketika aku
membutuhkannya. Aku sangat mencintainya.
Lah loh? Bingung
kenapa seorang Daniel yang tampan bagaikan Zac Efron ini bisa jatuh
cinta dengan Risky yang bagaikan Chef Juna itu? Aku gay, lebih nyaman
sama sosok cowok terutama sosok Risky yang membuatku aman.
Aku
suka nebak-nebak sebenarnya Risky ini normal kaga sih? Kalau gak normal
kenapa dia gak bilang dan kalau normal kenapa dia suka banget bikin aku
geer?
Okay, mari aku ingat-ingat sedikit betapa baiknya dia
padaku. Dulu zaman SMP aku itu bahan bully, nasib lah cowok tampan punya
badan kecil mungil dan pembawaan lemah bikin aku terlihat seperti
cewek, tapi sorry sorry saja bro, aku tidak gemulai, seenaknya saja
menjudge orang dari luarnya. Nah saat 3 cowok ngebully aku di WC dulu
datanglah sosok Risky bak Kamen Rider pake sempak di luar kaya superman,
eh gak ding… Risky datang dengan gagahnya dan tatapan tajamnya itu
membuat sapi gelundungan (sumpah ini gak nyambung banget).
“Jangan gangguin dia, dia milik gue. Ganggu dia sama saja lo cari mati,”
kata Risky dingin sambil ngeluarin kaki Barbie, aku pun bingung buat
apa dia bawa-bawa kaki Barbie disaat-saat yang menegangkan ini? Apa buat
nyolokin hidung tuh para preman supaya hidung mereka kehilangan
keperawanannya? Entahlah, yang pasti saat itu Risky telah membuat mereka
takluk hanya dengan gertakannya.
Dulu juga saat perkemahan,
aku dan Risky kesasar. Kami bermalam di hutan, tepatnya dalam sebuah
pohon yang memiliki lubang. Malam itu hujan sangat lebat dan belum juga
ada yang menemukan kami. Aku menggigil kedinginan, Risky memelukku dari
belakang, menggesek-gesekkan tubuhnya agar aku hangat dan meniup hangat
pundakku. Semalaman dia memelukku dan itu cukup lah membuatku geer
badai…
Waktu SMA aku selalu membawa bekal karena makanan di
kantin terlalu mahal tapi saat aku membawa kotak bekalku yang niatnya
akan aku makan di belakang sekolah, tiba-tiba anak-anak di sekolah
berlarian dan menabrakku alhasil makananku berhamburan di lantai. Dengan
wajah murung aku memunguti makananku namun dia datang, tanpa izin dia
menarik lenganku… oh rupanya dia paham sekali aku kelaparan dan
mentraktirku di kantin. Hmm makanan disini sangatlah enak, andai aku
bisa selalu merasakannya, gak heran harganya mahal (buat aku).
Dibalik semua kebaikannya yang aku ingat dia memiliki satu sifat yang
membuatku muak. Dia sangat terobsesi akan popularitas, katanya sih, “Aku
harus popular dengan bakat atau pun sensasiku, semua cara patut dicoba
karena hidup itu adalah perjuangan… banyak lovers banyak rezeky.”
Ya begitulah, sok-sokan kaya artis, fans page dia di FB sudah dua ratus
ribu dan follower di twitter dia ada dua jutaan, orang-orang mungkin
nanya apa dia artis? Siapa sih Risky? Apa bakatnya? Dia gak punya bakat,
dia hanya cowok ganteng yang pandai cari muka dengan fans. Orangnya
memang kadang ketus dan mahal senyum namun pandai tebar pesona dengan
cewek-cewek. Ini dia yang membuatku ragu akan feelingku, dia pecinta
wanita mungkinkah menyukaiku?
-0-0-0-
“Eh Niel lo tau
gak kalau cewek-cewek di kosan dan di kampus banyak yang fujoshi?” tanya
Risky yang memecahkan lamunanku. Oh ya, kami tinggal di kosan yang
campur aduk cewek dan cowok, lalai nih pendirinya, asal laku doang
kosannya, banyak free sex deh jadinya.
Sedangkan fujoshi itu
adalah cewek-cewek yang suka dengan gay, namun ada juga pendapat lain
mengatakan fujoshi hanya suka anime jejepangan yang gay yang disebut
yaoi? Yang pasti mereka para cewek yang suka melihat boy x boy yang
mereka anggap fans service. Aneh memang kok ada cewek yang suka gay??
Namun species yang baru aku temukan setahun terakhir ini membuatku cukup
berdecak kagum, ternyata masih ada para cewek yang mau menerima kondisi
para kaum pelangi dengan bahagia.
“Oh ya? Asik dong… gue baru
nemu satu tuh si Dina..” jawabku ke Risky. Kami asik dengan laptop
masing-masing, Risky duduk di kursi belajar sedangkan aku tengkurap di
kasur.
“Banyak tuh… cewek-cewek di kosan heboh ngomongin super junior yang ciuman, mereka gay ya?”
Aku mendengus, “Mereka gak gay kali, tradisi cowok korea tuh kalau
mereka sangat akrab dengan sahabat yang dianggap kaya sodara ya mereka
ciuman buat ungkapan rasa sayang. Bisa juga buat mendongkrak popularitas
dengan fans service,” kataku panjang lebar.
“Nah ini dia topik
yang gue incar, mendongkrak popularitas dengan fans service?” tanyanya
dengan tatapan antusias. Aku menatapnya ngeri.
“Ya kan para cewek fujo bakal seneng kalau lihat pasangan yaoi…” kataku datar.
Dia tersenyum penuh arti dengan mengelus-elus dagu, “Ayo kita bikin FS dan bikin cewek-cewek pada histeris!”
“Gila lo, sama aja cari mati namanya… gue gak sudi…” ya aku sebagai real gay malu lah mengumbar kemesraan yang namanya FS.
Tanpa persetujuan Risky langsung menarik tanganku agar keluar kamar,
aku berusaha memberontak namun genggamannya lebih kuat. Terlihat para
cewek-cewek berkumpul depan TV, kayanya lagi ngegosib.
Mereka
tersenyum merekah melihat dua cowok kece mendatangi mereka. Sengaja
Risky duduk di kerumunan mereka dan menggenggam erat tanganku. Terlihat
tuh cewek-cewek mulai histeris, aku cuma tersenyum risih.
Terlihat Risky main mata denganku seolah memberikan kode, dia menatap
mataku bergantian dengan menatap pahanya. Apa maksudnya coba? Saking
gilanya dia minta aku hisap penisnya depan cewek-cewek? Oh aku memang
menyukainya namun aku tak segila itu. Aku menggeleng keras.
Dia menatap ketus dan menarik kepalaku, aku terbaring di atas pahanya.
“KYAAA~ kok so sweet banget sih kalian?” tanya Anisa, salah satu Fujo sepertinya.
“Iya dong… gue kan sayang banget sama Daniel…” kata Risky yang kemudian
membungkuk dan menciumi wajahku. Aku terpaku dengan wajah memerah.
“Cerita dong? Sayang yang bagaimana? Kalian ngapain aja?” mereka melemparkan pertanyaan beruntun.
Risky mengelus wajahku dengan lembut, dia mengangkat tubuhku yang lebih
kecil kemudian memangkuku sedangkan tangannya melingkar di pinggangku,
“Ya gitu deh… bibir Niel adalah candu buat gue dan tubuhnya itu hmm..
yummy…”
“Hahaha iya sih, Niel itu uke banget… tapi Risky juga uke…” (Uke= bot sedangkan seme= top)
“Gak ah… Risky seme kok, dia kan lebih cool dan sangar…”
Dan banyak lagi pujian dari para fujo itu yang membuat kepala Risky
semakin melayang… lelah dengan drama karangan Risky aku pun pamit masuk
kamar duluan.
-0-0-0-
Aku mengetuk-ngetuk jari di atas
meja, kelihatannya Risky bukan type orang yang membully kaum pelangi,
apa baiknya aku mengaku? Dan menyatakan cinta dengannya? Tapi aku gak
tau kata-kata apa yang harus aku ucapkan. Aku menarik nafas sejenak
kemudian menatap laptopku dan mengetik boyzforum.com salah satu jejaring
social khusus gay yang paling sering membuatku tersenyum. Aku masuk
dalam room boyslove dan menemukan sebuah postingan yang tepat sekali
buatku yaitu tentang cara menyatakan cinta dengan cowok straight. Aku
baca dengan jeli dan sangat percaya diri setelah terhipnotis akan
postingan itu.
KREAK…
Risky masuk ke dalam kamar, “Ahahaha puas banget gue, mereka jadi antusias sama cerita cinta kita.”
Aku mendekat dan berdiri berhadapan dengan Risky, kuraih tangannya, “Ris… gue cinta lo… dari dulu, sejak SMP gue cinta lo…”
Risky terdiam, tatapannya kosong. Bibirku bergetar, aku tidak sanggup
lagi melanjutkan kata-kataku untuk meyakinkannya seperti yang ada dalam
tips.. ternyata teory beda halnya dengan praktek, tenggorokanku tercekat
aku takut dengan responnya bagaimana jadinya, “Hahaha…” dia tertawa
sinis kemudian membalikkan tubuh membelakangiku. Aku semakin khawatir
dan mataku berkaca-kaca.
Setelah beberapa detik dia membalikkan tubuh, “Gue juga cinta lo, Niel…”
DEG…
Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar tapi dia meraih rahangku
kemudian melumat bibirku, aku terbelalak. Tangannya menekan tengkukku
kemudian memperdalam ciuman, “Eummhh… emmmhh… I love you beib… ummhh..”
ucapnya disela-sela ciuman.
Aku sesak, rasanya tidak percaya
dia benar-benar mencumbuku sekarang… dia menerima cintaku persis seperti
mimpiku. Dia menciumiku dengan ganas, menyerang leherku dan melucuti
pakaianku.
“Aaaakhh… eummhhh.. Ris… ahkhhh..” aku mendesah saat dia memainkan nippleku sedangkan mulutnya bermain di leherku.
Aku tak mau kalah, aku pun mendorongnya, menindihnya kemudian menciumi
lehernya, dia menatapku aneh… penisku sudah sangat tegang akan
cumbuan-cumbuan yang kurang lebih setengah jam itu, aku mau lebih,
kuraba selangkangannya namun aku terkejut. Dia tidak tegang sepertiku.
“Ri-ris… lo kenapa…” kataku menggantung dan turun dari badannya.
“Kenapa tidak tegang sepertimu hm? Ayo Niel, mari kita lanjutkan haha… mumpung gue dirasuki setan…”
“Lo bukan gay ya?!!” tanyaku dengan sedikit membentak.
Dia mendekatkan wajah ingin menciumku kembali namun aku membuang muka,
“Lo kenapa sih??? Bukankah badan gue yang lo pengen, dasar gay?”
tanyanya sinis.
Aku tersentak, “Lo anggap gue apa Ris? Lo fikir gue maniak yang cuma ngincar badan lo hah?”
“Emang itu kan yang dicari para gay?” tanyanya sinis.
“Gak Ris! Gue gak kaya gitu! Gue sayang lo, gue cinta lo… kenapa lo tega merendahkan gay kaya gini sih Ris???”
“Apa sih yang lo harapin dari dunia gay hah? Cinta? Mimpi lo… gue gak
doyan cowok, tapi karena gue sayang lo sebagai sahabat gue kasih nih
badan gue!”
“Diam lo! Lo gak ngerti perasaan gue Ris… gue butuh cinta lo…” kali ini aku terisak dan menunduk.
Risky tersenyum dia mengangkat daguku dan mendekatkan wajah, “I love you…”
“Lo tuh cuma PHP ris! (pemberi harapan palsu)… lo cuma bohong sama gue, mata lo gak bilang begitu.”
“Terus kalau gue berhasil kaya lo gimana? Apa yang lo harapkan dari
dunia gay kalau pada akhirnya kita married sama cewek hah??? Lo mau
makin sakit hati… gue sayang lo, Niel. Gue sayang lo kaya sodara gue
sendiri.. gue kecewa ternyata lo itu bisa terjerumus.. gak bisa jaga
diri ya lo?”
“Gue benci lo Ris… gue benci lo… kalau lo gak sama dengan gue harusnya lo jangan baikin gue kaya gini..”
“Jangan childish, Niel. Masa lo gak bisa terima kalau gue gak bisa cinta lo, perasaan kan gak bisa dipaksa.”
“Gue marah bukan hanya karena lo nolak gue Ris, tapi karena lo hina
dunia gue! Lo pikir gay cuma mikirin sex hah? Tarik kata-kata lo!”
teriakku dengan penuh tekanan.
Risky menghela nafas, “Jangan
semakin jauh… lo mau sama siapa? Si Tiwi? Andin atau siapa? Gue punya
banyak kenalan yang cantik Niel asal lo jangan kaya gini… tapi ya kalau
lo bahagia kaya gini gue nyerah deh… seperti yang gue bilang di awal,
silakan pakai badan gue. Itu kan yang sangat lo harapkan?”
Aku hanya terisak sambil meremas sprei..
Aku bangkit dari dudukku di atas kasur kemudian berlari ke kamar mandi,
kunyalakan shower. Aku masih menyesali hal barusan. Betapa terhinanya
aku jika dia mengecap dunia gay seburuk itu. Kenapa seorang Risky bisa
bermulut sebusuk itu. Aku benci dia, sungguh aku benci dia… dia sentuh
aku namun dia sendiri tak menikmati, apa baginya aku hanya mainan.
Aku duduk dibawah shower, membiarkan butiran air dari atas menerpa
tubuhku dan menyembunyikan tangisku. Aku menangis perih karena sangat
terhina dengan semua ini.
Setelah keluar dari kamar mandi Risky
langsung menghampiriku sedangkan aku hanya menatap dingin, “Maaf Niel,
ya gue kenal banget sama lo.. ya gue percaya lo bukan gay yang suka main
sex… Niel, gue sayang lo, jangan benci gue karena masalah ini please?”
Aku mengambil koper dan membereskan pakaianku, “Niel… Niel lo mau apa hah?”
“Gue pamit Ris, gue mau balik sama ortu gue…”
“Apa-apaan sih lo Niel, gue gak ceraikan lo… kaya lagu jaman dulu aja lo yang pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku~”
Aku tertawa disela-sela tangisku karena melihat tingkah Risky, “Sorry Ris… eumm kebetulan gue kangen sama ortu gue…”
Aku terus memasukkan pakaianku dalam koper namun Risky kembali
mengeluarkannya, “Hargai keputusan gue Ris… hati gue sakit banget dan
gue perlu waktu buat nenangin diri…”
Terlihat Risky menatap
sayu dan memandangku penuh kasih sayang, “Maafin gue kalau bikin lo
kecewa… maaf gue gak bisa jadi sahabat yang baik buat lo…” katanya
memelukku kemudian mengecup keningku. Selesai perpakaian dan memberesi
barang aku melangkah keluar ditemani Risky yang membantu angkat koperku.
Aku berpamitan dengan pemilik kost dan juga teman-teman kost. Mereka
sangat kecewa terutama para fujo yang baru saja berharap akan dapat FS
setiap hari.
Aku tersenyum getir, sebelum masuk taxi aku
membalikkan tubuh. Kutatap sosok-sosok akrab yang aku kenal 2 tahun ini.
Kutatap Risky, kutatap pintu, taman, gerbang.. bayang-bayang kegilaanku
bersama Risky terlihat di sana. Mataku kembali berkaca-kaca, sebelum
menangis aku melambaikan tangan dan masuk ke dalam taxi.
-epilog-
Lima tahun kemudian
Aku berada di pelaminan sekarang, menyalami tiap undangan yang datang.
Aku memutuskan menikahi sahabatku di desa setelah usahaku sebagai
pengusaha kuliner sangat melesat 3 tahun terakhir, aku mapan. Perlahan
tapi pasti dunia pelangi menjauhiku karena kesibukanku, karena
keluargaku, tak sempat lagi aku berfikir untuk menyelami dunia ini. Kita
memang gay, tapi inilah takdir kita. Pria terlahir untuk wanita.
Bagaimana dengan Risky? Kami cukup sering kirim-mengirim email untuk
melepaskan kerinduan kalau aku sempat, aku pun mengundangnya ke acara
pernikahanku ini. Namun aku cemas karena sudah jam 2 dia belum juga
datang.
Namun senyumku merekah saat menemukan sosok itu,
Risky.. dia semakin gagah saja, tapi siapa yang ada di sampingnya? Apa
itu tunangan yang benama Nia yang sering Risky ceritakan di email?
“Selamat ya bro… tega banget lo ngeduluin gue haha…”
“Lo sih berbelit-belit… kapan nih nyusul?” tanyaku ceria.
“Tahun ini juga lah, ya kan beb?” tanyanya sambil melirik gadis di sampingnya. Gadis itu hanya tersipu malu.
“Gue tunggu undangannya..”
“Sipp… langgeng ya..” kata Risky sambil memberikan kado kemudian menyalami kami secara bergantian.
-0-0-0-
Selesai resepsi aku pun ke kamar pengantin, tak sabar ingin membuka
hadiah apa yang Risky berikan? Kubuka tergesa-gesa dan aku menemukan
album besar. Kubuka halaman demi halaman, terlihat wajah-wajah polos
anak SMP yang bahagia di sana, saat SMA juga dan saat-saat hidup bersama
di kost. Aku dan Risky memang sangatlah narsis dan terlihat sangat
bahagia di foto, paling tidak aku punya bukti perjalanan persahabatan
kami. Aku masih mencintai Risky sangat dalam, mungkin hanya bisa
kupendam dan kukenang.
“Apa itu Kak?” tanya Istriku.
“Album persahabatan terindah.”
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar